tag:blogger.com,1999:blog-21571304541704095352024-03-13T08:13:48.274-07:00SEBUAH CATATAN KECIL"Apa Yang Kurasakan, Apa Yang Ku alami Merupakan Suatu Pengalaman Dan Menjadi Faktor Pendorong Untuk menghadapi Tantangan Kedepan".Unknownnoreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-66332077251172710562009-11-26T05:53:00.000-08:002009-11-26T06:03:59.415-08:00KASIH KARUNIA<div style="text-align: justify;">Kata benda “kasih” dan “kasih karunia” (terjemahan Lembaga Alkitab<br />Indonesia) secara bergantian dipadankan dengan kata Ibrani “khen”<br />(khet-sere-nun) dan “tekhinnah” (tet-shewa-khet-hiriq-nun-qames-he). Sedangkan bentuk kata kerja “mengasihani” dipadankan dengan kata Ibrani “khanan” (khet-qames-nun-patah-nun).<br /><br />Ketiga kata Ibrani tersebut berasal dari akar kata yang sama, yaitu<br />“khet-nun”. Dalam piktogram Ibrani kuno, huruf “khet” adalah sebuah gambar dinding tenda yang berfungsi sebagai pelindung. Sedangkan huruf “nun” adalah sebuah gambar benih, yang berarti “melanjutkan”. Kombinasi dua gambar tersebut dapat berarti “dinding berlanjut” atau “pelindung yang berlanjut”.<br /><br />Sebagaimana pola pikir Ibrani, konsep “kasih karunia” bukanlah konsep abstrak yang berdiri sendiri. Konsep ini dibangun dari sesuatu yang konkret, yang dapat dikenali dari indera kita. Bagaimana orang Ibrani kuno mengenal konsep “kasih karunia” ini? Ternyata, konsep ini berhubungan dengan pola mereka membangun perkemahan.<br /><br />Perkemahan para pengembara Ibrani terdiri dari banyak tenda. Mereka membentuk kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok merupakan perkemahan keluarga (kaum),dan bisa terdiri dari kurang lebih 50 tenda. Tenda-tenda tersebut mereka dirikan secara melingkar. Sehingga, dinding tenda-tenda tersebut seperti berlanjut: satu dinding dari satu tenda dilanjutkan dengan satu dinding dari suatu TENDA yang lain yang membentuk LINGKARAN. Dinding tenda seperti inilah yang disebut “dinding berlanjut”.<br /><br />Di dalam dinding perkemahan seperti itulah kaum keluarga tinggal dan<br />menjalani kehidupan mereka. Sebagaimana fungsi dinding tenda adalah pelindung bagi orang-orang yang ada di dalam tenda itu, maka makna “kasih” berhubungan dengan perlindungan yang tidak putus-putus bagi orang-orang yang ada di balik dinding itu. Mereka dapat merasakan dan mengalami kebebasan, kasih, dan keindahan hidup di dalam tenda.<br /><br /><br /> “Nubuatan PL dan Penggenapan PB”<br /><br />Kata “kasih karunia” dalam Yeremia 31: 2 (LAI) diterjemahkan dari kata Ibrani “khen”. Suatu perlindungan yang tak putus-putus diberikan Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda. Kasih yang demikian itu dinyatakan sebagai nubuat perjanjian baru Allah (Yeremia 31:31-34).<br /><br />Apakah nubuat seperti itu disampaikan ketika Israel dan Yehuda memiliki<br />ketaatan kepada Allah? Jawabnya: tidak! Hampir separuh dari kitab Yeremia menubuatkan kehancuran Yehuda, karena pemberontakan mereka. Seluruh waktu kenabian Yeremia dipakai Allah untuk memperingatkan Yehuda, tapi mereka tidak mau bertobat. (Akhirnya kehancuran terakhir seluruh kerajaan Yehuda terjadi tahun 586 SM karena serangan Babel).<br /><br />Coba anda Bayangkan betapa bermurah hatinya Allah! Di tengah pemberontakan Yehuda dan nubuatan hukuman terhadap bangsa itu, Allah pun menyampaikan firmanNya melalui sang nabi, bahwa akan ada perjanjian baru Allah. Perjanjian baru itu menyangkut “perlindungan yang tak putus-putus dari Allah”.<br /><br />Dalam PB perjanjian baru itu telah digenapi Allah melalui kematian dan<br />kebangkitan Tuhan Yesus (Lukas 22:20) dan berlaku bagi umat perjanjian baru Allah (Ibrani 8:8-13). Puncak dari “kasih karunia” (“khen”) itu adalah<br />keselamatan Israel rohani dengan dihapuskannya dosa umat perjanjian Allah (Roma11:27).<br /><br />Sudahkah saya dan Anda menikmati “perlindungan yang tak putus-putus dari Allah” itu? HANYA PERCAYA kepada Tuhan Yesus kita akan menikmati<br />perlindunganNya yang bersifat kekal.<br /><br /><br />PERTANYAANNYA APAKAH YG HARUS KITA LAKUKAN SETELAH MENERIMA KASIH KARUNIA TUHAN??????<br /><br />1. yohanes 15:15<br />Yesus menginginkan kita sadar bahwa kita orng yg telah dipilih untuk menerima kasih karuniaNYa..jadi kita harus dapat menjaganya dan kita tidak boleh menjadi orng yg takut..<br />2.matius 11:28<br />didalam matius 11:28 ada kata kelegaan didalam versi bhs inggris kata kelegaan ditulis "rest" beristirahat..jadi yg Yesus inginkan kita beristirahat didalamNya dan Yesus yg melakukan bagianNya..<br />3.mazmur 37:5<br />Yesus menginginkan kita hidup sungguh MEMPERCAYAKAN hidup kita kepadaNya(YESUS)..karena Yesus tidak mengasihi kita berdasarkan apakah kita melakukan dosa atau tidak..tetapi Yesus mengasihi kita karena KITA adalah AnakNYA<br /><br />(Sumber : <span bindpoint="authorLinkWrapper" class="GBThreadMessageRow_AuthorLink_Wrapper"><a class="GBThreadMessageRow_AuthorLink" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100000043594797">Gideone Pramono</a> On </span><a href="http://www.facebook.com/group.php?gid=98972958114">El - Gibbor Ministry.net Message )<br /></a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-78077876589850315482009-04-28T08:15:00.000-07:002009-04-28T08:17:19.755-07:00Jika Hidup Kenyang Hinaan<div style="text-align: justify;"><br />Setidaknya dalam lima tehun terakhir terjadi dua penembakan brutal di Amerika dengan pelaku yang nyaris sama; sama-sama pemuda imigran yang hidupnya kenyang dihina. Mari kita bayangkan keadaan terhina itu. Ya begitulah rasanya. Meriangnya sampai ke jiwa. Jika melihat sang penghina rasanya ia hendak kita lumat hingga selumat-lumatnya. Cara paling sehat untuk membuang perasaan terhina ini adalah dengan cara menyalurkan dengan segera. Sayang cara ini tidak mudah karena berbagai keterbatasan.<br /><br />Pertama adalah keterbatasan hukum. Melumat begitu saja para penghina, jatuhnya cuma akan melanggar hukum. Padahal tak setiap dari kita kuat dan berani melanggar hukum. Kedua adalah keterbatasan kita sendiri. Contoh kedua ini dililustrasikan dengan baik oleh maestro lawak Jawa kegemaran saya: Junaedi di salah satu kasetnya. Saat itu ia bercerita tentang istrinya yang digoda lelaki iseng di jalanan. Sebagai suami terhormat ia marah luar biasa dan bersiap melabrak sang penggoda. Untung kemarahan itu tidak mengganggu akal sehatnya. Sebelum main labrak ia bertanya lebih dulu keadaan sang penggoda itu. ‘'Tinggi besar,'' jawab sang istri. Junaedi surut setindak dan gantinya cukup memberi nasihat bijak: ‘'Ya sudah, besok jangan lewat jalan itu lagi,'' katanya.<br /><br />Psikologi seperti Junaedi itulah yang kadang-kadang kita derita. Tak mudah menyalurkan perasaan terhina karena banyak sekali batasannya. Jika cuma batasan hukum, kita mudah menerimanya karena ia menghuni keadaan banyak orang. Tetapi jika keterbatasan itu berpusat pada diri sendiri ia akan menjelma jadi depresi. Dua pelaku penambakan brutral di Amerika itu adakah anak-anak muda pemberani? Tidak. Mereka butuh menabung keberaniannya bertahun-tahun. Itulah tabungan yang setorannya adalah akumulasi hinaan yang berlangsung setiap hari. Jika anak-anak ini bicara, cuma disambut gelak tawa sekitarnya karena bahasa inggris mereka yang dianggap aneh. Ketika bicara cuma menjadi tertawaan, diam adalah sebuah pilihan. Diam sepanjang hayat sambil memendam kemarahan itulah yang memupuk nyali untuk membunuh. Dan nyali itu tak bisa begitu saja disetarakan dengan keberanian karena setelah penembakan itu, mereka mengerti kalkulasinya. Mereka memilih bunuh diri katimbang menghadapi kenyataan.<br /><br />Begitu berat hidup ini jika setiap kali harus menanggung hinaan. Padahal sulit sama sekali menghindari perasaan terhina itu karena jumlahnya banyak sekali, baik yang datang dari orang lain maupun yang datang dari diri sendiri. Hinaan dari pihak lain jelas sumbernya: para pendengki. Tak sulit mencari siapa pendengki karena naluri itu juga bersemayam di dalam diri kita sendiri. Juga tak sulit menemukan sumber hinaan dari diri sendiri. Karena semakin lemah kedudukan kita, kekuatan orang lain akan terasa sebagai derita. Semakin gagal diri sendiri, semakin terhina kita setiap melihat sukses tetangga.<br /><br />Jadi, pada dasarnya, sulit sekali menghindari dari persaan terhina itu karena ia bisa datang kapan saja dan menyerang siapa saja, baik yang tidak maupun yang disengaja. Maka hidup ini boleh terhina, asal kadang-kadang belaka. Sekali terhina saja sakitnya luar biasa. Ada yang cuma sekali tapi kesumatnya terbawa mati. Apalagi jika hinaan itu datang berkali-kali. Apalagi jika bukan cuma berkali-kali tetapi terhina itulah selalu kedudukannya. Bisa dibayangkan, betapa kalau bisa, ia tidak cuma akan menembaki siapa saja tapi kalau perlu akan menumpas seluruh isi dunia. Benci dan kemarahan itu, jika sudah menyala, tak jelas di mana tepinya.<br /><br />Begitu berbahaya keadaan terhina itu sehingga penting sekali mengurangi jumlah penyebabnya. Padahal penyebab itu kadang remeh dan tidak pula kita sengaja, misalnya: jika Anda memasak dan tetangga kebagian cuma uapnya.<br /><br /><br />Oleh : Prie GS<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-6004558433798136572009-02-26T11:24:00.000-08:002009-02-26T11:32:10.635-08:00ZaLAMA KAAPA<div style="text-align: justify;"><span style="font-size:130%;">Waktu terasa begitu cepat berganti, rasanya baru kemarin berada di kota ini; belum banyak hal yang kudapati, belum banyak pengalaman yaang kutemui dan yang ada di setiap arah pemikirnku.<br /><br />Kini seakan ku terhempas dalam sudut bayang-bayang akankah aku lama berada dinegeri orang? kucoba mencari jawab dalam dunia nyata maupun dalam dunia yang maya.......walau kusadari tiada jawaban yang pasti....biar sudah waktu yang akan bicara untukku......mo lama ka cepat terserah saya to..........<br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-6105655443556215962009-01-25T13:03:00.000-08:002009-01-25T13:13:11.129-08:00SALAHKAH DIRI INI<div style="text-align: justify;">Sering aku bertanya pada hati kecilku, dan mengapa sering aku heran dengan perubahan sikapku yang kadang sulit dimengerti oleh orang lain. Disaat tertentu aku dapat memberikan motivasi, dorongan pada mereka untuk bisa melakukan sesuatu tapi aku sendiri sepertinya sulit untuk melakukan sesuatu, tanpa ada rasa motivasi atau dorongan dari orang lain.<br /><br />Kusadari, aku juga butuh motivasi dan dorongan. Baik dari orang terdekat aku hingga orang yang baru ku kenal dan semua itulah yang kadang salah dimengerti oleh dia yang selalu bersama dengan diriku mengisi hari-hariku. Yang kuinginkan adalah menggapai semua impianku, aku ingin menjadi seorang pemimpin dan itulah mimpi aku. Selain itu aku juga ingin menjadi orang yang berguna bagi banyak orang.<br /><br />Kusadari latar belakang diriku dan lain sebgainya membuat aku harus banyak belajar untuk menggapai semua mimpi aku. Ingin aku memulai semua itu, aku butuh dorongan dan semangat dari semuanya. Kuharapkan diwaktu-waktu mendatang ada hal-hal positif, ada masukan-masukan dan saran yang dapat mensuport semangatku, semua semua impianku dapat kuwujudkan.<br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-36755635948062108192009-01-13T15:34:00.000-08:002009-01-13T15:42:56.104-08:00HARAPANKU<div style="text-align: justify;">Selalu yang kuinginkan terbaik, ku coba terus melangkah walau kadang aku merasa kehilangan arah, entah aku harus memulainya darimana. Haruskah aku berhenti dari semua uneg-uneg dan buah pikirku yang kusadari bagai mimpi menggapai bulan, tapi tetap kuberusaha untuk maju?<br /><br />Asa ku hampir terputus untuk sampai ketitik berikutnya, aku ingin sekali mendayung dua atau tiga pulau terlampaui, tapi semua itu belum jua kudapati, apakah aku harus tinggal diam, berpangku tangan? tanpa suatu hal yang harus kuperbuat?<br />.......o..oo..o..tidak kata hati kecilku, aku harus bangkit, aku harus mencoba, aku harus berani berpacu dengan waktu yang terus berlalu ini. Walau dalam segala kekurangan, walau dalam keterbatasan, dan walau pengetahuan yang kurasa masih biasa saja, aku tetap akan mencoba.<br /><br />Hari ini mungkin saja milik mereka, waktu ini mungkin saja buat mereka, ini adalah pelajaran buat aku, tapi hari esok dan selanjutnya adalah milik aku. Pengorbananku semoga tak sia-sia, semoga semuanya berjalan sesuai dengan harapanku..............<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-66603479393722951302009-01-11T23:53:00.001-08:002009-01-12T00:05:58.768-08:00KESABARAN<div align="justify"> Baru kusadari ternyata, segala sesuatu yang kulakukan dan yang kuinginkan, semua itu butuh kesabaran. Walau terkadang kesabaranku serasa habis, ketika yang ku yakini dapat tercapai malah menjadi lain. </div><div align="justify"> Banyak hal yang telah kupetik dari pengalamanku selama ini, dari semua itu ternyata terlalu banyak yang butuh kesabaranku, karena ketergesaan maka segala sesuatu menjadi lebih lama dan terasa hambar untuk hal itu.</div><div align="justify"> Ternyata kita sebagai manusia di uji sebatas mana kemampuan dan kesabaran kita dalam suatu hal, tiada cobaan yang diberikan oleh sang kuasa melampaui kemampuan kita. Banyak sudah terjadi berbagai gejolak, musibah dan lain sebgainya, semua itu merupakan sebuah cobaan dalam keberlangsungan kehidupan umat manusia di muka dibumi. Bila satu pihak sedang dalam situasi marah marah, maka pihak yang lain sebaiknya menanggapi dengan kesabaran. Bukan harus kemarahan dibalas dengan kemarahan.</div><div align="justify"> Satu hal lagi ternyata jika kita menasihati teman, atau orang terdekat kita atau siapa saja, tentang kesabaran maka kitapun akan diuji sejauh mana kesabaran kita. Bila kita bercerita bahwa kita pernah mengalami tekanan yang hebat, kritik dari berbagai orang terdekat atau bercerita tentang suatu hal yang sebenarnya kita sendiri belum melakukannya maka kitapun akan dicobai dan di lihat sejauh mana batas kesabaran kita.</div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-49837170986212784542009-01-08T13:27:00.000-08:002009-01-08T13:39:01.925-08:00PaNuTaN DiRi<div style="text-align: justify;">Seringkali Kubertanya dalam hatiku, apakah aku tetap seperti ini? ataukah aku harus menjadi seperti dia, seperti seorang idola?atau apalah yang sejenisnya? aku sendiri masih belum mendapatkan jawaban yang pasti.<br /><br />Yang harus diakui dan sering kudengar dari banyak pendapat bahwa, jadilah dirimu sendiri. Iya itu memang benar, kita harus menjadi diri kita sendiri. Namun apakah salah bila kita mengambil panutan orang lain ? Bukan berarti harus sama seutuhnya seperti orang yang menjadi panutanku, tapi sedikit daripada dirinya ingin aku kembangkan juga pada diriku.<br /><br />Aku ingin seperti dia, tapi bukan berarti aku menjadi dia, mulai dari penampilan dan lainnya, tapi aku hanya ingin seperti dia dalam satu hal saja, yah mungkin buah pemikirannya dan lain sebagainya.<br /><br />Walau begitu aku tetap sebagai aku, ia hanya menjadi panutan diriku, bukan aku sebgai dia atau dia sebagai aku. Aku adalah diriku, dia menjadi panutan diriku, karena hal-hal tertentu dan alasan-alasan tertentu.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-72600992988257185702008-09-27T09:22:00.000-07:002008-09-27T09:27:04.399-07:00KEPERCAYAAN<div align="justify"><span style="font-size:130%;"><br />Kepercayaan sangatlah berarti untuk setiap orang. orang yang memberikan suatu tugas atau amanah kepada orang lain berarti orang itu telah mempercayakan suatu amanah atau tugas itu kepada orang tersebut dan orang itu yakin bahwa orang yang diberi kepercayaan akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.<br /><br />Tapi banyak orang yang telah lalai dalam menjalankan amanah dari orang lain dengan berbagai alasan yang kurang dapat dimaklumi tapi ada juga orang yang dapat menjalankan suatu amanah dari orang lain berarti orang itu telah berasil menjalankan suatu kewajiban yang pahalanya tidak ternilaikan dengan uang.<br /><br />"Jadilah orang yang dapat dipercaya oleh orang lain", kebahagian orang yang karena suatu kepercayaan itu tak terniali harganya, mempercayai kita merupakan suatu anugrah yang membawa kita kesurga.<br /> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2157130454170409535.post-76580951443820007142008-09-26T11:29:00.000-07:002008-09-26T11:38:18.044-07:00WaKtU YaNg TeRbUaNg<div align="justify">Sering kali kita membuang waktu dengan mengerjakan sesuatu yang 'kurang menghasilkan', misalnya berlama-lama membaca koran, lihat sinetron dan acara gosip di TV selama berjam-jam dan sebagainya. Apa ada yang salah dengan hal tersebut? Tidak ada yang salah, asalkan anda memang sudah mempunyai kehidupan yang layak dan berkecukupan, tentunya bersantai dan menikmati hidup bukanlah sesuatu yang keliru. Tapi jika anda bersantai-santai sementara hutang anda masih segunung, rumah masih numpang di mertua, sepeda motor masih kredit, bayar uang sekolah anak mesti banting tulang bahkan berhutang sana-sini, maka dapat dipastikan anda KURANG mempunyai keinginan kuat untuk mencapai tujuan dalam hidup ini. </div>Unknownnoreply@blogger.com0